Kalau anda bertemu seseorang yang berpakaian rapi, berdasi dan pakai jas tetapi dia berbicara dengan bahasa ‘pasaran’ kemudian anda berjumpa pula dengan seorang yang pakaiannya rada kumal, bertopi caping (kaya yang sering dipakai petani saat ke sawah) dan berselempang handuk putih kecil di bahu (mirip sopir angkot) namun saat dia bicara anda bisa 'lihat' bahasanya begitu teratur dan tertata baik, apa yang ada di pikiran anda? Silakan jawab sendiri aja deh. He…he….
The Beatles yang asli orang Inggris boleh saja bilang (dalam lagunya) ‘she don’t care’. Ingat, menulis lagu terkadang bisa dibuat sedemikian rupa agar terkesan nyentrik, biar ngetop. Tapi apakah anda (baik yang ngefans atau malah yang nggak pernah tahu The Beatles itu jenis makanan apa, ha…ha…) juga akan mengatakan ‘she don’t care’ untuk “dia tidak peduli”? Ayo, jawab yang jujur!
Kalau di Inggris atau Amerika anak-anak tidak harus belajar grammar tapi bisa ngomong fasih dan lancar itu karena mereka lahir di sana, besar di sana, berinteraksi dengan orang-orang yang menggunakan bahasa Inggris 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, 365 hari setahun …. Lha, kita yang makan nasi plus tempe, minum kopi pakai gelas (di sana mereka pakai cangkir, lho) hidup di lingkungan orang Jawa, Madura, Batak, Padang, Sunda … ingin bisa speaking fasih? Oh, come on, give me a break. (mohon maaf, bila tidak disebutkan semua suku, ini bukannya diskriminasi. Kalau semuanya saya sebutkan anda akan komentar ‘ah, aku juga bisa nulis kaya begitu … cuma nama-nama suku yang ada di Indonesia thok! He … he….)
Tunggu dulu, jangan anda pikir saya mengatakan itu mustahil. Saya tidak menulis that’s nonsense, kan? Untuk bisa fasih dan lancar itu harus ada caranya, lho!. Mau tahu? Well, menurut saya ada beberapa cara, antara lain :
1.
Pindah dan menetap di Inggris atau Amerika. Kalau anda tak cukup kaya atau
kurang beruntung (ada lho orang kaya tapi tak bisa pindah ke Amrik.
Boro-boro pindah, minta visa aja nggak dapat!)
cobalah ke Australia atau Singapura. Jika anda bukan seorang bisu atau gagu dan
bukan pula seorang introvert yang lebih suka memendam rasa ketimbang
mengungkapkannya maka saya jamin dalam satu atau beberapa tahun bahasa Inggris
anda akan sangat fasih. Tapi, kalaupun hal itu terwujud, saya tetap yakin anda
tidak akan bilang ‘she don’t care’ kecuali anda sedang menyanyikan lagu
si Beatles.
2.
Tetap di Indonesia tetapi bergaullah (eh, kata ini pakai satu ‘l’ atau dua, ya?
Nah, lho, begitu tuh kalau tidak tahu kaedahnya, bingung euy!)
dengan orang-orang yang (benar-benar) bisa berbahasa Inggris. Belajar dari (dan
berlatih dengan) mereka. Ya, anda tidak harus belajar grammar karena
bahasa Inggris mereka memang (sudah) bagus. Tapi usahakan agar anda selalu
berada dekat dengan mereka. Kalau bisa ya kaya tadi, 24 jam
sehari, tujuh hari seminggu …. (Anda mau tanya “Apa perlu saya ajak tinggal
bersama saya sekalian?” ya? Jawab aja ndiri!). Ini sebenarnya lebih
kurang sama dengan yang nomor 1 tadi.
3.
Jika kedua cara di atas tidak bisa direalisasikan maka anda harus belajar. Baca
dengan baik, saya tulis B-E-L-A-J-A-R. Bukan langsung praktek atau berlatih
(tanpa lebih dulu belajar). Carilah tempat kursus kek, guru privat kek
atau apapun namanya. Anda belajar dan pelajari (apa bedanya?!) seperti apa
bahasa Inggris itu. Carilah guru atau pembimbing yang memang bisa mengajar
anda.
4.
(Baca ini sebagai lanjutan dari no. 3) *%$@^#???
Maksudnya
anda bukan cuma belajar secara teori tetapi juga belajar mempraktekkannya. (Tuh,
lagi-lagi belajar dulu baru praktek. Iya dong, apa yang mau
dipraktekkan sebelum dipelajari?) Bahasa itu mencakup keterampilan komunikasi.
Anda harus latihan berbicara, mendengar, menulis dan membaca. (Kalau ada yang
protes mengenai urutannya, saya hanya akan bilang bahwa keempat hal tadi
terintegrasi, satu dengan lainnya tidak bisa dipisah, jadi terserah saya –dan lain
waktu terserah anda- mau menyebutnya dengan urutan seperti apa. Pokoke
harus dicakup keempatnya. Ok? (kalau anda pakai bahasa Indonesia
baca ‘setuju’, jangan ‘o-ka’. Maaf, sekedar mengingatkan, itu bahasa Inggris
dengan sebutan ‘owkei’. Hiks….)Terus terang saya bukan seorang ahli ataupun pakar, apalagi dalam bidang pendidikan. Saya tidak tahu (banyak) tentang met
Sebuah metode, seberapapun bagusnya, tidak bisa diterapkan sama pada semua orang dengan hasil yang sama. Seorang pengajar tidak bisa (pasti) cocok dengan setiap siswa atau pelajarnya. Itu sebabnya ada ungkapan teaching is like art, mengajar itu seperti seni. Tiap orang memiliki cara dan gaya yang spesifik, yang berbeda.
Demikian pula dengan orang yang belajar, mereka juga memiliki cara, rasa, penilaian, anggapan dan sudut pandang berbeda. Kecocokan dari dua sisi ini, sering diistilahkan dengan chemistry, yang bisa menjadi kekuatan yang menunjang keberhasilan dalam mempelajari sesuatu. Saya katakan ‘yang menunjang’ sebab faktor utama keberhasilannya justru adalah tekad dan keseriusan dan kesungguhan. Istilah kerennya ‘determinasi’.
Itu sebabnya, mempelajari sesuatu itu sama mudah atau sama susahnya, tergantung bagaimana dan dari siapa anda mempelajarinya.
Adapun sebuah iklan, siapapun pengiklannya, pasti sama. Sama-sama terkesan bombastis, sama-sama unjuk keunggulan, sama-sama jual ‘kecap’. (Makanya anda harus tahu lidah anda sendiri sebelum anda membeli ‘kecap’nya).
Kepada anda yang sedang mencari kursus atau guru bahasa Inggris, saya sendiri akan lebih enak mengatakan begini, “Yang itu bagus, si A bagus, si B bagus, yang ini pun bagus.” Jika anda tanya, “Lalu, bagusan pilih yang mana, dong?” Saya jawab, “EZ ENGLISH TRAINING SERVICES!” Kenapa? Karena EZ mengajari anda apa yang tidak diajarkan orang lain!
Have a nice day!