onselectstart='return false'>

ABDI

Advanced Breakthrough in Developing Ideas

TALK LESS DO MORE, WRITE LESS READ MORE


Sebelumnya mohon maaf, tulisan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan iklan merek rokok tertentu. Ide postingan ini muncul setelah suatu ketika menjelang tengah hari saya dihubungi seseorang yang menanyakan apakah (saya) masih bisa untuk kelas privat (conversation). Seperti biasa, kesan pertama yang terpikir oleh saya adalah bahwa si pengirim sms, sebut saja Mr. X (karena dia memang tidak memperkenalkan dirinya meski setelah saya tanya lokasi, dia menyebutkan) dari daerah Kranji, Bekasi (mungkin) ingin belajar conversation bahasa Inggris.

Saya yakin sekali kalau Mr. X itu orang Indonesia. Kalau dia orang asing atau malah orang Amrik, misalnya, pasti dia tidak akan menghubungi saya sebab sudah pasti dia mendapat nomor ponsel saya dari iklan saya yang menawarkana jasa privat bahasa Inggris di internet. Ngga' kepikir kalau dia hanya sekedar berlatih menggunakan bahasa Indonesia dengan mengirim sms, iya 'kan? Jadi sekali lagi, saya yakin sekali Mr. X itu orang Indonesia. Malah dia itu Indonesia banget. Yes, truly Indonesian!

Anda tahu apa perbedaan mencolok antara orang Indonesia dengan orang asing, misalnya orang Eropa/Jepang atau Amrik?
Anda pernah lihat para backpackers bule misalnya berani pergi ke tempat-tempat yang bahkan kita -orang Indonesia- sendiri nggak  terpikir ingin pergi ke sana karena tempat tujuan itu jauh, terpencil, minim fasilitas, tidak banyak orang dan sebagainya. Hebatnya lagi, mereka berani padahal mereka tidak mengerti bahasa di daerah yang ditujunya. Anda tahu kenapa mereka pe-de  melakukannya? Karena mereka sudah tahu banyak tentang daerah itu lewat buku, lewat membaca.

Orang Indonesia lebih suka bertanya daripada membaca. Kita malas untuk mencari informasi melalui bacaan. Kita 'berani' pergi ke mana saja sepanjang masih ada orang yang bisa kita temui untuk bertanya.
Itulah yang dilakukan Mr. X tadi. Melalui pesan singkatnya yang berulangkali, dia bertanya beberapa hal padahal saya sudah arahkan untuk melihat blog saya karena di sana ada informasi yang dia butuhkan. Bahkan saya tawarkan kesediaan saya untuk datang dan bertemu dengan tujuan agar dia kenal betul dengan siapa dia akan belajar sebelum dia memutuskan untuk benar-benar cocok dengan pilihannya membayar saya sebagi tutor.

Tapi, sayangnya, Mr. X mengamalkan prinsip talk less do more (sedikit bicara banyak kerja) secara tidak tepat. Dia enggan menelpon saya untuk berbicara, (takut pulsanya habis, 'kali! Wah, ini bukan talk less tapi malah talk nothing!) Dia lebih memilih do more dengan mengirim pesan singkat dan ber-sms ria.
Hal kedua yang memberi kesan kepada saya bahwa Mr. X itu truly Indonesian ialah saat dia minta CV saya. Terus terang, itu kali pertama seorang calon klien meminta hal demikian sehingga tak heran kalau saya lumayan kaget. Bukankah itu gaya Indonesia banget? Kecenderungan melihat CV seseorang untuk bisa mengukur dan menilai bobot orang tersebut. It's typically Indonesian ketika kita lebih silau dengan appearance daripada performance nya. Lagi pula, seperti saya sebutkan tadi, saya sudah menawarkan kesediaan saya untuk datang dan bertemu agar dia kenal betul dengan saya dan bisa "selidiki" apa saja tentang saya.

Sebenarnya, kalau dia write less read more  (sedikit menulis banyak membaca) maka sepertinya dia bisa dapatkan apa yang diinginkannya. Kalau saja dia mau mampir sejenak ke blog saya maka dia bisa tahu apa & siapa saya meski tidak ditulis dalam bentuk selembar CV. Jadi, makin jelas bagi saya kalau Mr. X itu talk less do more karena dia tak mau menelpon (tapi cuma sms) dan ... read less write more karena dia tak mau membaca info di blog saya (tapi lagi-lagi cuma sms).

Serunya ... apa yang terjadi kemudian, karena saya putuskan saya tidak harus perlu repot-repot mengiriminya CV saya (memangnya dia pikir saya mau melamar kerja apa?!), akhirnya Mr. X menulis dengan nada arogan begini dalam sms terakhirnya, "... saya mau bayar anda jadi saya harus tahu dulu siapa anda ..." dan diteruskan dengan "... berarti kita tidak cocok bekerjasama ..."

Wah...wah... ternyata Mr. X itu type orang yang mengira money can buy everything. Dia mengira uangnya lebih mahal dan berharga daripada ilmu pengetahuan yang mungkin dia butuhkan. Kasihan ... picik sekali!  Saya sempat berfikir,"Kalau memang dia jadi belajar dengan saya dan ternyata tidak memperoleh hasil yang diharapkannya ... pasti dia "ngomel" tiada habis karena merasa sudah mengeluarkan biaya". Padahal, saya sendiri yakin bahwa orang dengan model narrow minded begini, yang menganggap money is power, sulit sekali bisa menghargai ilmu ... dan seseorang yang tidak bisa menghargai ilmu akan sulit mendapatkan ilmu pengetahuan itu. 


Lebih dari itu, ternyata Mr. X cuma mau kerjasama bukan ingin belajar. Saya jadi berpikir jangan-jangan Mr. X mau mencoba menggunakan saya sebagai objek untuk bisnisnya menjadi agen atau calo antara klien dan saya. Nah, untuk hal yang satu ini saya tidak begitu yakin apakah akal-akalan untuk mencalo seseorang kepada orang lain juga 'Indonesia banget'.

Belakangan, saya tahu siapa (nama) Mr.X itu. Dia menulis komentar provokatif di iklan saya!
Nah .... andai saja Mr. X membaca ini ... ah tapi saya nggak  yakin. Soalnya dia memang read less write more bukan write less read more. Namun demikian saya tetap ingin menuliskan kalimat yang persis 100% sama seperti balasan saya untuk sms terakhirnya yang arogan itu, yaitu, "Thank you and good luck!"