onselectstart='return false'>

ABDI

Advanced Breakthrough in Developing Ideas

BELAJAR ‘CONVERSATION’?

 
S.O      :  Sir, saya ingin belajar conversation. Bisa ngga', Sir?
EZ       :  Oh, jelas bisa. Saya malah senang sekali. Kita bahkan bisa
               mulai sekarang juga.
S.O      :  Yang benar, Sir?
EZ       :  Tentu saja. Silakan anda mulai.
S.O      :  Maksud Sir?
EZ       :  Go ahead. Tell me something. Ask me something. Whatever.
S.O      :  Tapi saya kan belum bisa ngomong, Sir.
EZ       :  ??????????? (Ngga bisa ngomong kok langsung mau
              conversation. Mbok ya belajar bikin kalimat dulu ….)

Hampir semua orang yang pernah menghubungi saya untuk belajar bahasa Inggris, ketika saya tanyakan tujuan apa yang ingin dicapai bisa dipastikan akan menjawab ; Untuk bisa Conversation. Bahkan tak sedikit yang langsung menanyakan apakah saya juga melayani kelas privat conversation. Alasannya sederhana saja; namanya belajar bahasa ya tentunya untuk digunakan dalam berkomunikasi dan conversation adalah salah satu bentuk komunikasi. Persoalannya menjadi sedikit rumit ketika keinginan untuk bisa conversation itu tidak dibingkai dengan pengertian cara belajar membuat kalimat.

Conversation adalah komunikasi dua arah. Banyak dari mereka yang katanya ingin bisa conversation tapi malah memilih bersikap pasif, tanpa pernah berinisiatif memosisikan diri sebagai pihak yang ‘memulai’ pembicaraan. Artinya mereka malah menunggu ditanya baru mencoba merespons. Tidak heran jika di banyak tempat kursus yang menawarkan program conversation  ujung-ujungnya menjadi kelas 'tanya-jawab’ dimana si pengajar sebagi pihak penanya dan peserta kursus berperan sebagai penjawab.

Agar tahu saja, untuk merespon atau menjawab pertanyaan dari lawan bicara, anda tidak harus membuat kalimat. Satu kata, atau satu frasa sudah mencukupi. Contohnya bila anda ditanya, “Is the manager having lunch with Mr. Sakato?”, anda cukup jawab dengan ‘ yes’ atau ‘no’ atau, andaipun anda ingin gunakan yang lebih 'gaya' paling banter dgn kalimat sakti ‘I don’t know’. Andai pertanyaannya, “Who moved the files I put on this table a few minutes ago?” maka anda bisa menjawab dengan nama seseorang yang memindahkan berkas/file itu, misalnya Nanang atau dengan frasa seperti the office boy, atau lagi-lagi dengan kalimat sakti ‘I don’t know’. 

Berbeda halnya apabila anda ingin menyampaikan sesuatu berita, pernyataan atau bantahan, menanyakan sesuatu, meminta atau memerintahkan sesuatu maka anda harus aktif dan untuk itu anda harus tahu bagaimana cara mengungkapkan pernyataan atau bantahan, bagaimana mengungkapkan pertanyaan, bagaimana membuat kalimat perintah dan sebagainya. Intinya : ANDA HARUS TAHU BAGAIMANA MERANGKAI KATA UNTUK MENJADIKANNYA SEBUAH KALIMAT.

Kembali ke conversation, bagaimana mungkin akan terjadi conversation apabila kita tidak bisa membuat kalimat? Apa memang anda akan tetap memilih posisi pasif? Dijamin, apabila lawan bicara anda bertanya tiga pertanyaan yang berlainan dan anda jawab dengan yes’ atau ‘no’ atau lagi-lagi dengan kalimat sakti ‘I don’t know’ maka ‘conversation’ yang anda harapkan pasti akan berhenti di situ. Lawan bicara anda akan langsung berfikir bahwa anda sedang tidak mood, bahwa anda tidak suka ditanyai, bahwa anda angkuh dan seterusnya. Lebih buruk dari itu, anda akan dikenal dengan gelar baru; “Mr/Miss. Yes-No-I don’t know”!

Conversation, sekali lagi, merupakan sasaran belajar bahasa Inggris. Namun anda tetap harus ingat bahwa kemampuan untuk bisa conversation mutlak harus didukung oleh kemampuan untuk membuat kalimat demi kalimat. Tanpa kemampuan ini maka mustahil anda bisa conversation.

Sekarang mungkin giliran anda bertanya; “Apakah kalau sudah bisa membuat kalimat maka otomatis bisa conversation?”
Jawaban saya, “Tergantung ….”. Ada pepatah Inggris mengatakan You can drag the horses to the river but you can make them drink. Anda bisa menyeret kuda-kuda ke sungai tapi anda tidak bisa memaksanya minum.
Anda (setelah mengerti cara membuat kalimat) sendiri yang memutuskan apakah anda mau ‘bicara’ atau tidak. 

Apabila kita bertemu seseorang yang 'tidak bisa' diajak conversation maka hampir dapat dipastikan itu karena orang itu tidak tahu bagaimana cara membangun kalimat. Alasan 'saya tidak tahu mau ngomong apa' adalah sebuah kamuflase untuk menutupi fakta yang sebenarnya yaitu 'saya tidak tahu bagaimana mengatakannya' (karena saya tidak tahu bagaimana caranya membuat sebuah kalimat).  

Bahwa adakalanya kita temui seseorang yang sudah bisa membuat kalimat tapi -karena suatu alasan lain- dia tidak mau diajak atau mengajak bicara. Artinya dia tidak bisa diajak conversation. Itu haknya dan kita tidak bisa memaksa. Di sisi lain, bila anda yakin akan tetap bisa conversation meski tidak mengerti cara membuat kalimat maka itu juga hak anda. Dan di sini saya ingin tegaskan bahwa keyakinan anda bahwa anda akan tetap bisa conversation meski tidak mengerti cara membuat kalimat merupakan mimpi di siang bolong. Mustahil. Impossible. Ini hak saya mengatakannya!