Bagi mereka yang ingin belajar dan
menguasai sesuatu skill atau ketrampilan, ada banyak cara dan jalan yang
bisa dipilih. Bila Anda ingin belajar bahasa Inggris, misalnya, Anda dapat
belajar dengan teman atau keluarga yang memang mahir berbahasa Inggris. Atau
melalui situs-situs di internet (yang istilahnya learning English on-line) yang
jumlahnya puluhan dan, tentu saja, Anda bisa bergabung di sebuah tempat kursus
bahasa Inggris ataupun memanggil guru ke rumah untuk kursus
privat.
Seiring dengan semakin besarnya minat
masyarakat untuk menguasai bahasa Inggris maka kita lihat ada banyak sekali
tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang tersebar di mana-mana. Untuk Anda yang
tinggal di perkotaan tentunya mudah sekali menemukan satu atau bahkan beberapa
tempat kursus, mulai dari yang ‘biasa-biasa saja’ hingga yang memiliki jaringan
nasional dengan sistem franchise bahkan yang sudah memiliki jaringan
internasional. Begitu pula halnya dengan iklan jasa guru
kerumah yang bisa anda temukan di banyak tempat; mulai dari yang
ditempel di tembok-tembok (tanpa mengindahkan estetika lingkungan), plank kecil
yang dipaku ke pohon (yang mencermikan suatu bentuk kekejaman terhadap sesama
makhluk hidup) hingga iklan dengan cara yang lebih elegan seperti iklan baris
di koran atau di internet.
Permasalahannya sekarang ialah, bila
Anda memang berniat atau merasa perlu kursus, mana yang lebih baik untuk Anda
pilih. Mungkin bagi sebagian besar orang beranggapan bahwa kursus privat dengan
memanggil guru ke rumah biayanya (jauh) lebih mahal.
Benarkah begitu?
Kalau bicara mahal atau murah, tentu
saja hal itu sifatnya relatif khususnya bila menyangkut kemampuan keuangan Anda
dan yang lebih penting lagi nilai plus-minus yang Anda peroleh dengan biaya
yang Anda keluarkan. Untuk memberi gambaran, silakan Anda bandingkan beberapa
aspek yang ada untuk bisa melihat untung-rugi nya bila Anda memilih belajar di
tempat kursus dibanding dengan memanggil guru privat ke rumah.
LEMBAGA KURSUS
|
GURU KE RUMAH
|
|
B
I
A
Y
A
|
People come and go, who cares?
Di banyak tempat kursus Anda mau datang atau tidak, banyak bolos atau
sangat rajin (yang sebenarnya sangat berpengaruh pada hasil belajar Anda) itu
jadi urusan nomer … 1+2+3+4+5…. Sepanjang uang kursus Anda, yang umumnya
dibayar bulanan, tidak menunggak dan lancar-lancar saja maka Anda jadi murid
teladan (walau sebenarnya Anda tetap saja membayar meskipun tidak ikut hadir
belajar). Jika disebabkan sesuatu alasan Anda kapok belajar (di sana) toh
akan ada orang-orang lain pengganti Anda.
|
Anda hanya membayar jika Anda belajar karena biaya dihitung atas dasar
jumlah sesi/pertemuan. Artinya Anda benar-benar membelanjakan uang Anda untuk
sesuatu yang Anda dapat manfaat dan hasilnya.
Ingat, mubazir itu dosa, lho!
|
H
E
M
A
T
|
Anda mengeluarkan biaya transportasi (ongkos angkot/ojek atau biaya
bensin untuk kendaraan pribadi anda). Apabila tempatnya tidak terlalu jauh,
mungkin Anda (kalau mau) bisa jalan kaki tapi sepatu/sandal Anda
nantinya akan lebih cepat minta diganti.
Anda harus mandi plus dandan rapi (malu dong tampil sembarangan di tempat
umum?!) sehingga anggaran untuk belanja pakaian, kosmetik dan parfum otomatis
akan meningkat.
|
Anda tidak perlu biaya apapun. Jika Anda mandi beberapa menit sebelum
jadwal belajar, Anda mungkin tidak butuh parfum atau minyak wangi. Andaipun
tidak mandi, paling Anda cuma perlu menyemprotkan sedikit parfum atau cologne,
sst…ssttt… beres. Jika setiap pertemuan baju yang Anda pakai masih itu ke
itu saja toh ngga’ bakal jadi gossip. Kalaupun ada tambahan biaya
lain, ya … segelas air putih untuk pengajar. (Anda keterlaluan sekali kalau
untuk segelas air putih pun masih ‘berhitung’,
he .. he …).
|
E
F
E
K
T
I
V
I
T
A
S
|
Dengan beberapa peserta digabung dalam satu kelas, kemajuan masing-masing
peserta saling dipengaruhi oleh peserta lain. Ingat, setiap peserta sama-sama
bayar dan oleh karenanya punya hak yang sama. Pengajarnya tentu tidak bisa
meladeni Anda terus (baik karena Anda fast learner yang ingin cepat
maju sedangkan ada peserta lainnya yang slowly tapi ‘lemot’ atau
sebaliknya). Tidak mungkin sebuah tempat kursus menyaring peserta sedemikian
rupa sehingga mereka yang digabung dalam kelas yang sama memang memiliki background
dan kemampuan yang sama, kan? Belum lagi keperluan bahasa Inggris dari
masing-masing orang juga berbeda.
Jadi, dengan kondisi seperti ini Anda harus siap-siap “be-te”!
Di sisi lain, syukur kalau memang Anda bisa termotivasi melihat
teman-teman yang kemampuannya di atas Anda, akan tetapi justru yang lebih
sering terjadi perasaan tertinggal itu malah membunuh semangat Anda untuk
terus melanjutkan.
|
Anda adalah majikan (tapi pengajarnya bukan pelayan Anda, lho!). Anda
bisa mengatur ‘tempo’ belajar, mau slow atau mau ngebut, terserah Anda
(karena pengajarnya pasti mengikuti ritme Anda). Anda bisa minta diajari apa
yang Anda butuhkan. Anda berhak penuh untuk bertanya apa saja yang ingin Anda
pelajari dan ketahui tanpa khawatir dengan “teman-teman” (lha, memang ngga’
ada siapa-siapa lagi!) yang menganggap Anda serakah mau mendominasi
kelas.
Intinya, you get what you want (Anda dapatkan apa yang Anda mau).
Enak ngga’ tuh?
|
O
R
I
E
N
T
A
S
I
|
Membuka usaha kursus butuh modal (besar) mulai dari puluhan (tapi bukan
10 – 30) juta hingga ratusan juta. Sewa gedung, beli peralatan dan
perlengkapan, gaji guru dan staf administrasi, biaya promosi dan sebagainya
tentunya menguras keuangan penyelenggara kursus. Belum lagi untuk beli franchise
dan bayar royalty. Tidak berhenti sampai di situ mereka tentunya
mencari keuntungan (yang sebesar-besarnya) dan hal ini sah-sah saja. Wong
namanya juga bisnis. Coba pikir, siapa yang membayar untuk
semua itu? Tentu saja Anda!
Memang bukan Anda sendirian, tapi sebanyak mungkin orang seperti
Anda.
|
Pengajar Anda cuma bermodal bensin untuk motornya. Kalau naik angkot
bukannya gengsi tapi habis waktu di jalan, disamping lebih besar biayanya.
Kalau bawa mobil sendiri sepertinya juga tidak bakal kejadian (dengan
pertimbangan kemacetan lalu lintas atau karena memang ngga’ punya!).
Materi pelajaran biasanya disediakan pengajar untuk Anda dalam bentuk hand-out
dan printed materials, gratis. So, Anda tidak usah membayar
apapun …. Ups, tentu saja pengajar Anda (yang juga manusia seperti Anda)
butuh uang. Makanya Anda harus bayar jasanya datang dan ‘bekerja’ di tempat
Anda. Namun yang jelas dia bukan seorang pebisnis (otherwise s/he would
have opened her/his own English course) dan karena bukan pebisnis
dia tidak berorientasi mencari keuntungan.
|
M
U
T
U
|
Anda ingin dianggap gaul dan dikagumi karena bisa kursus di lembaga yang
terkenal, (walau hasilnya kadang tak jelas)? Terlebih lagi jika anda berhasil
mengantongi sertifikat tanda lulus, wah … it’s so cool, cool … cool….
Di lembaga yang ‘punya nama’ tentu biayanya lebih mahal daripada lembaga
yang biasa-biasa saja.
Tapi, baik untuk Anda ketahui bahwa biaya kursus lebih mahal itu bukan
harus berarti (semata-mata) karena mutunya lebih baik. Sangat mungkin
(agaknya) lebih bertujuan untuk … balik modal investasi dan keuntungannya,
iya ‘kan?
|
Anda tidak bakal dapat yang namanya sertifikat. Tapi apa sebenarnya yang
Anda cari? Di lapangan, Anda dinilai dengan kemampuan dan performance Anda.
Orang tidak langsung percaya hanya dengan kertas selembar sebelum mereka
benar-benar tahu skill yang Anda miliki. Jadi apa artinya
sertifikat jika Anda tidak bisa membuktikan kalau sertifikat yang Anda dapat
itu bukan ‘bodong’?
Adapun mengenai ‘uang jasa’ pengajar, dengan patokan logika umum, kalau
ada barang yang (agak) mahal itu pasti punya sesuatu yang istimewa atau nilai
tambah. Sebaliknya, yang diobral biasanya abal-abal. Bukan begitu?
|
W
A
K
T
U
B
E
L
A
J
A
R
|
Anda tertakluk pada jadwal hari dan jam belajar yang diadakan oleh sebuah
lembaga kursus. Dengan kata lain Anda tidak bisa mengatur jadwal sesuai waktu
yang Anda miliki. Akibatnya, Anda mungkin harus belajar di waktu yang
sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi fisik Anda (misalnya capek, mengantuk
atau sibuk).
Anda harus melalui tahapan level atau tingkatan demi tingkatan.
Konsekuensinya kalau mau dihitung-hitung untuk memperoleh seluruh materi
teori Anda perlu 2 – 3 tahun yang dalam periode itu sebenarnya Anda lebih
banyak berlatih daripada belajar. Dengan kata lain Anda membayar untuk
berlatih.
|
Fleksibilitas waktu adalah salah satu kelebihan yang Anda peroleh. Anda
bisa memilih waktu yang memang benar-benar sesuai dan nyaman untuk Anda
belajar dan hal ini tentunya akan berdampak sangat besar kepada hasil belajar
yang Anda capai secara keseluruhan.
Seluruh materi teori pokok bisa tuntas hanya dalam 15 – 20 pertemuan.
Jadi prinsipnya Anda tidak perlu kursus berlama-lama apalagi bertahun-tahun.
Dua sampai empat bulan sudah cukup. Selebihnya, Anda sudah harus mulai
berlatih mandiri tapi bukan sendiri(an). Jika Anda beruntung, mungkin Anda
bisa menemukan pengajar yang sincere (tulus) dan care (memiliki
kepedulian) sehingga Anda selalu punya akses untuk berlatih dan 'belajar'
kapan dan dimanapun secara gratis dengan pengajar tersebut.
|
Nah, sekarang tentunya -dengan
beberapa perbandingan di atas tadi- Anda sudah punya gambaran untuk bisa
bersikap bijak dalam menentukan pilihan apakah belajar di tempat kursus atau
secara privat dengan memanggil guru kerumah.
Pilihan ada di tangan anda, The
choice is yours!